Jumat, 24 Oktober 2014

Tembang Cianjuran

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Di tempat kelahirannya, Cianjur, sebenarnya nama kesenian ini adalah mamaos. Dinamakan tembang Sunda Cianjuran sejak tahun 1930-andan dikukuhkan tahun 1962 ketika diadakan Musyawarah Tembang Sunda sa-Pasundan di Bandung. Seni mamaos merupakan seni vokal Sunda dengan alat musik kacapi indung, kacapi rincik, suling, dan atau rebab.

Sejarah

Mamaos terbentuk pada masa pemerintahan bupati Cianjur RAA. Kusumaningrat (18341864). Bupati Kusumaningrat dalam membuat lagu sering bertempat di sebuah bangunan bernama Pancaniti. Oleh karena itulah dia terkenal dengan nama Kangjeng Pancaniti. Pada mulanya mamaos dinyanyikan oleh kaum pria. Baru pada perempat pertama abad ke-20 mamaos bisa dipelajari oleh kaum wanita. Hal ituTerbukti dengan munculnya para juru mamaos wanita, seperti Rd. Siti Sarah, Rd. Anah Ruhanah, Ibu Imong, Ibu O’oh, Ibu Resna, dan Nyi Mas Saodah.
Bahan mamaos berasal dari berbagai seni suara Sunda, seperti pantunbeluk (mamaca), degung, serta tembang macapat Jawa, yaitu pupuh. Lagu-lagu mamaos yang diambil dari vokal seni pantun dinamakan lagu pantun atau papantunan, atau disebut pula lagu Pajajaran, diambil dari nama keraton Sunda pada masa lampau. Sedangkan lagu-lagu yang berasal dari bahan pupuh disebut tembang. Keduanya menunjukan kepada peraturan rumpaka (teks). Sedangkan teknik vokal keduanya menggunakan bahan-bahan olahan vokal Sunda. Namun pada akhirnya kedua teknik pembuatan rumpaka ini ada yang digabungkan. Lagu-lagu papantunan pun banyak yang dibuat dengan aturan pupuh.
Pada masa awal penciptaannya, Cianjuran merupakan revitalisasi dari seni Pantun. Kacapi dan teknik memainkannya masih jelas dari seni Pantun. Begitu pula lagu-lagunya hampir semuanya dari sajian seni Pantun. Rumpaka lagunya pun mengambil dari cerita Pantun Mundinglaya Dikusumah.
Pada masa pemerintahan bupati RAA. Prawiradiredja II (18641910) kesenian mamaos mulai menyebar ke daerah lain. Rd. Etje Madjid Natawiredja (18531928) adalah di antara tokoh mamaos yang berperan dalam penyebaran ini. Dia sering diundang untuk mengajarkan mamaos ke kabupaten-kabupaten di Priangan, di antaranya oleh bupati Bandung RAA. Martanagara (1893—1918) dan RAA. Wiranatakoesoemah (19201931 & 19351942). Ketika mamaos menyebar ke daerah lain dan lagu-lagu yang menggunakan pola pupuh telah banyak, maka masyarakat di luar Cianjur (dan beberapa perkumpulan di Cianjur) menyebut mamaos dengan nama tembang Sunda atau Cianjuran, karena kesenian ini khas dan berasal dari Cianjur. Demikian pula ketika radio NIROM Bandung tahun 1930-an menyiarkan kesenian ini menyebutnya dengan tembang Cianjuran.

Pertunjukan

Sebenarnya yayaya istilah mamaos hanya menunjukkan pada lagu-lagu yang berpolakan pupuh (tembang), karena istilah mamaos merupakan penghalusan dari kata mamaca, yaitu seni membaca buku cerita wawacan dengan cara dinyanyikan. Buku wawacan yang menggunakan aturan pupuh ini ada yang dilagukan dengan teknik nyanyian rancag dan teknik beluk. Lagu-lagu mamaos berlaras pelog (degung), sorog (nyorog; madenda), salendro, serta mandalungan. Berdasarkan bahan asal dan sifat lagunya mamaos dikelompokkan dalam beberapa wanda, yaitu: papantunan, jejemplangan, dedegungan, dan rarancagan. Sekarang ditambahkan pula jenis kakawen dan panambih sebagai wanda tersendiri. Lagu-lagu mamaos dari jenis tembang banyak menggunakan pola pupuh KinantiSinomAsmarandana, dan Dangdanggula, serta ada di antaranya lagu dari pupuh lainnya.
Lagu-lagu dalam wanda papantunan di antaranya PapatatRajamantriMupu KembangRandeganRandegan KendorKaleonManyeuseup,BalagenyatPutri LayarPangapunganRajahGelang GadingCandrawulan, dsb. Sementara dalam wanda jejemplangan di antaranya terdiri dari Jemplang PangantenJemplangCidadapJemplang LeumpangJemplang TitiJemplang Pamirig, dsb. Wanda dedegungan di antaranya Sinom Degung, Asmarandana Degung, Durma Degung, Dangdanggula Degung, Rumangsang Degung, Panangis Degung dan sebagainya. Wanda rarancagan di antaranya; Manangis, Bayubud, Sinom Polos, Kentar Cisaat, Kentar Ajun, Sinom Liwung, Asmarandana Rancag, Setra, Satria, Kulu-kulu Barat, Udan Mas, Udan Iris, Dangdanggula Pancaniti, Garutan, Porbalinggo, Erang Barong dan sebagainya. Wanda kakawen di antaranya: Sebrakan Sapuratina, Sebrakan Pelog, Toya Mijil, Kayu Agung, dan sebagainya. Wanda panambih di antaranya: Budak Ceurik, Toropongan, Kulu-kulu Gandrung Gunung, Renggong Gede, Panyileukan, Selabintana, Soropongan, dsb.
Pada mulanya mamaos berfungsi sebagai musik hiburan alat silaturahmi di antara kaum menak. Tetapi mamaos sekarang, di samping masih seperti fungsi semula, juga telah menjadi seni hiburan yang bersifat profit oleh para senimannya seperti kesenian. Mamaos sekarang sering dipakai dalam hiburan hajatan perkawinan, khitanan, dan berbagai keperluan hiburan atau acara adat.

http://id.wikipedia.org/wiki/Tembang_Cianjuran
Sumber rujukan
  • Ganjar Kurnia. 2003. Deskripsi kesenian Jawa Barat. Dinas Kebudayaan & Pariwisata Jawa Barat, Bandung.

Tembang Sunda Ciawian

Seni Mamaos Ciawian/Pagerageungan 

    Seni Ciawian/Pagerageungan merupakan salah satu seni Sunda Karawitan Tasikmalaya yang lahir sekitar tahun 1625 pada masa R. Demang Suradikusumah, saat Ciawi masih tergabung dengan pemerintahan Sumedang. "Konon katanya Demang Suradikusumah merupakan orang yang pertama ngabukbak hutan dan tinggal di Ciawi. Pada mulanya, mamaos hanya untuk mengungkapkan perasaan suka maupun duka serta gambaran kondisi daerahnya”, seiring dengan waktu dan berkembangnya masyarakat di Ciawi, maka seni Ciawian semakin disukai dan diikuti masyarakat lainnya.
Akhirnya terbentuklah kelompok-kelompok yang melantunkan mamaos Ciawian yang biasanya "midang" setiap terang bulan (ngabungbang). Selanjutnya, seni ciawian semakin diterima masyarakat dan selalu disajikan dalam acara hiburan perkawinan maupun khitanan. "Ciawian sebenarnya disebut sebagai seni mamaos yang hanya diiringi oleh senggak (alok) dan keprok (tepuk tangan).
Pada waktu itu Seni Ciawian merupakan ungkapan perasaan seseorang melalui lantunan. Biasanya, lantunan tersebut dikeluarkan pada waktu ngabungbulang (terang bulan). Namun bukan sebuah ritual” kesenian ini berupa mamos Sunda dengan menggunakan irama puluh laras salendro. Salah satu lingkung seni yang masih ada yakni lingkung seni pageurageungan"Argagurnita pimpinan Ili Suhaeli yang telah berusia 77 tahun.

http://disparbud.tasikmalayakab.go.id/index.php/seni-budaya/kesenian/84-seni-mamaos-ciawian-pagerageungan
TEMBANG
1. Pengertian tembang

  • Tembang adalah seni suara vokal yang berirama bebas terikat oleh pola pupuh atau syair lainnya
  • Tembang Sunda adalah musik urban dimana musik rural sebagai sumber dengan verse mselodi dan etis yang diwarnai oleh nilai-nilai tradisi, berdasarkan adlibitum setempat dan kronologi.
Tembang Sunda sangat populer sekali dalam masyarakat Sunda. Ciri khas dalam iringan tembang Sunda adalah iringan kacapi sulingnya. Pada awalnya tembang sunda hidup dalam lingkungan para orang kaya.
Isi ungkapan yang diketengahkan dalam tembang Sunda antara lain tentang:
  • Sanjungan terhadap leluhur, terutama pada kejayaan kerajaan pajajaran
  • Keindahan-keindahan alam priangan
  • Ungkapan percintaan. Tema percintaan yang diketengahkan banyak gambaran tentang seseorang yang jatuh cinta atau merasa sakit hati karena dikhianati cintanya
2. Jenis-jenis tembang
  • Maskumambang dinyanyikan oleh dayang-dayang Menghibur putri yang sedang mengandung Agar jabang bayi lahir beruntung
  • Mijil dinyanyikan untuk sang Putri Sewaktu melahirkan sang bayi Sebagai hiburan mengalami nyeri yang diderita hanya oleh dirinya sendiri
  • Kinanthi dilagukan karena cinta Kepada bayi yang mulai mengenal dunia Secara perlahan mengenali Ibu dan Bapa Mengharap cinta kasih yang mesra dari berdua
  • Sinom dinyanyikan anak sudah muda belia Membukakan mata akan kehidupan dunia yang nyata berkenalan dengan teman dan sanak saudara Mempersiapkan diri mengarungi kehidupan didunia
  • Asmorandana dinaynyikan dikala anak menjadi dewasa Memilih kawan hidup untuk selamanya didasarkan kasih sayang dan cinta mesra Dalam menuju ke jenjang Rumah Tangg
  • Gambuh yang berkumandang diudara Mengiringi keputusan untuk mempersunting sang dara dengan meminang pilihan hati dengan gembira Sebagai pelambang kesucian hati dan rasa cinta
  • Durmo dinyanyikan Sewaktu kedua mempelai naik kepelaminan Tanda akan syahnya suatu perkawinan Saatnya keduanya menguatkan tali ikatan
  • Dandanggulo adalah berikutnya Cobaan dalam saling memberi jiwa raga Memberi tanpa mengharap imbalannya Sebagai bukti akan kuatnya dalam bercinta
  • Giriso, lagu giriso menempati tempat istimewa Kadang terasa risi dan cemas didalam dada Apakah betul-betul anaku bahagia Apakah terpenuhi kebutuhan hidupnya
  • Pangkur, lagu pangkur diciptakan untuk manusia Yang telah mengalami hidup secukupnya didunia Yang terbuka mata, hidup ini tidak mengumpulkan dunia saja Suatu waktu akan ditinggalkan jug
  • Megatruh, lagu megatruh mengelu-elukan kedatangan Malaikat Dimana saat jiwa akan diangkat Dimana raga ditinggalkan untuk dirawat Oleh sekalian keluarga dan kerabat
  • Pucung, lagu pucung dinyanyikan sebagai tanda Supaya jenazah dimandikan menurut Agama Dibungkus kain kafan dari kaki ke ujung kepala Tanda bahwa pulang itu tidak membawa apa-apa
  • Wirangrong, lagu wirangrong adalah lagu penutup Usailah masa hidup Wirang artinya mengerti atau tahu cara hidup Rong artinya lubang kubur dimana hidup ditutup
KAWIH
1. Pengertian Kawih
Salah satu lagam dari khazanah seni suara Sunda. Pengertian kawih pada mulanya sama dengan sindenan, tetapi perkembangan memecah kedudukan yang berbeda antara kawih dan sindenan. Perbedaan itu bukan saja terletak pada pergelaran dan teknik-teknik bernyanyi saja, melainkan juga lingkunganna.
Kawih mempunyai “sejak” yang tersendiri. Hal ini bisa kita perhatikan dari pergelarannya, iringannya dan teknik bernyanyi termasuk didalamnya pemanis-pemanis. Laras-laras kawih dalam lagu-lagu remaja kebanyakan berlaras pelog dan madenda. Laras salendro terasa sangat jarang sekali. Hal ini banyak bersumber pada kreativitas para juru sangginya yang memang sangat jarang menciptakan lagu-lagu dalam laras salendro. Lagam kawih yang terdapat pada tembang adalah pada lagu panambih (ekstra). Lagu panambih adalah lagu tambahan setelah sekar irama merdeka, irama yang dipergunakan tandak. Perbedaan yang menyolok hanya soal surupan saja, dimana kalau tembang surupan rendah (da = G), sedangkan kalau lagam kawih lebih tinggi surupannya (da = A = 440 Hz)

2.  Macam-macam kawih seperti :
  • kawih tangtung
  • kawih panjang
  • kawih lalangunan
  • kawih bongbongkaso
  • kawih parerane
  • kawih sisindiran
  • kawih bwatuha
  • kawih babatranan
  • kawih porod eurih
  • kawih sasambatan
  • kawih igel-igelan
Lagam kawih jauh telah lama hidup dalam khazanah karawitan Sunda. Masalahnya sekarang lagu-lagu kawih lebih banyak berorientasi pada lagu-lagu perkembangan (kreasi baru),  perkembangan kawaih saat ini berorientasi pada pendidikan dan kaum remaja. Tokoh-tokoh seperti Rd. Machyar Anggakusumadinata, Mang Koko, OK Jaman, Ujo Ngalagena, Nano. S dan lain-lain membuat buu-buku pelajaran seni suara dalam bentuk kawih.
Kawih berkembang bukan pada bentuk anggana saja, melainkan mulai berkembang pula pada bentuk-bentuk lain, yaitu dengan bentuk-bentuk paduan suara. Tapi sayangnya pada saat ini kawih bisa dibilang menghilang dikehidupan anak muda karena perkembangannya yang monoton dan dianggap tidak gaul.
http://buram91.wordpress.com/2012/02/10/tembang-dan-kawih/