Jumat, 24 Oktober 2014

Tembang Sunda Ciawian

Seni Mamaos Ciawian/Pagerageungan 

    Seni Ciawian/Pagerageungan merupakan salah satu seni Sunda Karawitan Tasikmalaya yang lahir sekitar tahun 1625 pada masa R. Demang Suradikusumah, saat Ciawi masih tergabung dengan pemerintahan Sumedang. "Konon katanya Demang Suradikusumah merupakan orang yang pertama ngabukbak hutan dan tinggal di Ciawi. Pada mulanya, mamaos hanya untuk mengungkapkan perasaan suka maupun duka serta gambaran kondisi daerahnya”, seiring dengan waktu dan berkembangnya masyarakat di Ciawi, maka seni Ciawian semakin disukai dan diikuti masyarakat lainnya.
Akhirnya terbentuklah kelompok-kelompok yang melantunkan mamaos Ciawian yang biasanya "midang" setiap terang bulan (ngabungbang). Selanjutnya, seni ciawian semakin diterima masyarakat dan selalu disajikan dalam acara hiburan perkawinan maupun khitanan. "Ciawian sebenarnya disebut sebagai seni mamaos yang hanya diiringi oleh senggak (alok) dan keprok (tepuk tangan).
Pada waktu itu Seni Ciawian merupakan ungkapan perasaan seseorang melalui lantunan. Biasanya, lantunan tersebut dikeluarkan pada waktu ngabungbulang (terang bulan). Namun bukan sebuah ritual” kesenian ini berupa mamos Sunda dengan menggunakan irama puluh laras salendro. Salah satu lingkung seni yang masih ada yakni lingkung seni pageurageungan"Argagurnita pimpinan Ili Suhaeli yang telah berusia 77 tahun.

http://disparbud.tasikmalayakab.go.id/index.php/seni-budaya/kesenian/84-seni-mamaos-ciawian-pagerageungan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar